banner 728x250

Kondisi Terumbu Karang di Indonesia Memprihatinkan, Ini Penyebabnya

beautiful coral reef and many fish. (Source: iStock)
banner 120x600
banner 468x60

MALANG – Terumbu Karang merupakan salah satu ekosistem yang penting bagi keberlanjutan kawasan pesisir dan lautan.

Secara ekologi, ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai penyangga bagi kehidupan biota pesisir dan lautan.

banner 336x280

Selain memiliki fungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi akibat terpaan arus, angin, dan gelombang, terumbu karang juga merupakan lingkungan yang sangat kaya akan keanekaragaman hayatinya dimana secara ekonomi, ekosistem terumbu karang adalah satu kawasan dengan potensi dan produksi ekonomi yang tinggi.

Terumbu karang juga merupakan kawasan yang mempunyai panorama bawah laut yang sangat indah, yang sangat berpotensi dalam pengembangan sektor wisata. Namun kini terumbu karang di Indonesia telah banyak mengalami kerusakan pada tingkat yang sangat memprihatinkan. 

Dikutip dari laman web Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kondisi terumbu karang di Indonesia saat ini sebesar 72 persen mengalami kerusakan, hanya 28 persen yang dalam keadaan baik.

READ  Sengketa Lahan di Blandongan Pasuruan, Adhy Dharmawan: Ada Kejanggalan di Letter C

Penangkapan ikan dengan cara merusak seperti penggunaan bom, racun potas, penggunaan alat tangkap yang destruktif, eksploitasi sumberdaya secara berlebihan, dan pengembangan pariwisata yang tak ramah lingkungan mempunyai andil dalam banyaknya kerusakan terumbu karang di Indonesia.

Beberapa manfaat berkelanjutan yang awalnya mampu disediakan pada akhirnya tidak berkelanjutan karena laju pemanfaatannya yang berlebihan atau metode yang digunakan bersifat merusak (destruktif), antara lain:

Aktivitas Pengumpulan Biota Ornamental (Kerang)

Aktivitas pengumpulan biota ornamental (Kerang) yang pada awalnya hanya bertujuan sebagai hobi atau koleksi namun apabila sudah bersifat ekstraktif dan bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar pada akhirnya akan berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem alami terumbu karang yang dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati dalam suatu ekosistem perairan.

Penangkapan Ikan Menggunakan Bom atau RacunĀ 

READ  Khawatir Generasi Pembaca Hilang, UMM Segera Luncurkan New Book Store

Ledakan bom ikan dapat menghancurkan terumbu karang yang halus dan indah. Bom ikan dengan berat 250 g dapat menghancurkan sekurangnya 50 m2 terumbu karang, dan perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk proses perbaikan alami terumbu karang tersebut.

Ekosistem terumbu karang memiliki kemampuan yang baik dalam memperbaiki diri sendiri bila terjadi kerusakan. Terumbu karang akan memperbaharui bagian yang rusak, dengan syarat kondisi lingkungannya terpelihara dengan baik, terumbu karang dapat kembali pulih tanpa campur tangan atau manipulasi langsung manusia.

Pembangunan Pesisir Menggunakan KarangĀ 

Sub-sistem terumbu karang mempunyai manfaat lainnya salah satunya yakni sebagai bahan bangunan. Keperluan konstruksi pembangunan pesisir dan sarana yang ada di dalamnya menyumbang kerusakan terumbu karang karena penggunaan batu karang.

Dengan mengambil secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan manusia (pemukiman untuk fondasi rumah, pelabuhan, jalan, industri), manfaat langsung terumbu karang dapat berkurang atau bahkan musnah apabila di wilayah pesisir terdapat aktivitas yang tidak ramah lingkungan dan dapat dikategorikan sebagai manfaat yang tidak berkelanjutan.

READ  Carlos Fortes Hengkang, 3 Pemain Asing Arema FC Tetap Bertahan

Dengan asumsi jika pengambilan karang dihentikan, kemudian karang dibiarkan memperbaiki kondisi ekosistemnya tanpa ada tekanan antropogenik, diharapkan nilai manfaat langsung yang dapat diberikan oleh terumbu karang melalui penangkapan ikan karang bisa jauh lebih besar daripada yang diperoleh saat ini.

Pendapatan masyarakat bisa bertambah karena produktivitas ikan meningkat dimana terumbu karang akan dapat menjalankan fungsi ekologisnya sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tempat mencari makan berbagai spesies ikan dan biota laut lainnya secara maksimal.

Dengan demikian secara otomatis produksi sekunder (ikan dan biota lautnya) di daerah terumbu karang akan meningkat pula.